Volume 1 Prolog - Dunia Permainan

        T/N Nah ini novel yang Mirip Kaya Tatsuya sama Miyuki Brocon Siscon gituuu. Ini gw rekomen buat dibaca.


    Sebuah ruangan luas yang pasti lebih dari lima puluh tikar tatami. Tempat dengan karpet cerah yang dibuat oleh pengrajin papan atas dan banyak mainan yang tergeletak di sekitarnya. Ada dua bayi di dalam kamar, yang agak terlalu besar untuk menjadi kamar anak-anak.

 Salah satunya adalah seorang anak laki-laki dengan rambut putih dan mata ungu muda. Narator dialog ini adalah aku, Zechs Levit y San Foranada. Aku hampir berusia dua tahun.

 Yang lainnya adalah adik perempuanku, Caroline Flamelle u Sari Foranada. Dia adalah seorang gadis dengan rambut keemasan dan mata merah. Dia merayakan ulang tahun pertamanya beberapa hari yang lalu.

 Kami bermain bersama di kamar anak-anak yang sangat besar yang disediakan orang tua kami. Ada banyak mainan untuk membuat kita sibuk. Tetapi, bagaimana dengan fakta bahwa tidak ada orang dewasa di sekitarnya? Aku tidak peduli tentangku, tetapi akan menjadi bencana jika sesuatu terjadi pada adik perempuanku.

    Sambil menghela napas dalam hati, aku menggeser posisi adikku.

 Tetapi ini bukan karena keengganan. Aku mencoba berpura-pura bahwa aku adalah semacam pahlawan murahan, tetapi aku menyukai waktu yang ku habiskan bersamanya.


"Nii, nii!"


 Ia tersenyum polos seperti bunga yang mekar dan mencoba yang terbaik untuk memanggil kakaknya. Adakah orang yang melihat ini dan tidak terpesona olehnya? Tidak, tidak ada!

 Sementara di dalam hati ia merasa senang melihat kemesraan adiknya, ia berhasil tersenyum segar sebagai seorang kakak yang penuh hormat.


"Ada apa, Kalon?


 Aku memanggil nama panggilan adik perempuanku dengan cadel, dan dia tertawa senang. Ia tampaknya senang mendengar ku memanggil namanya. Dia sangat lucu, Aku ingin memotretnya.


"Koi!"


 Setelah tertawa sejenak, Karon, seolah-olah teringat, mengulurkan balok mainan di tangannya. Mata merahnya berbinar-binar.

 Itu adalah permintaan yang diucapkan dengan kata-kata yang buruk, seperti itulah permintaan seorang anak kecil, tetapi aku mengerti apa yang dimintanya. Aku ingin mengatakan bahwa itu adalah perkataan dari hati-ke-hati ......, tetapi aku telah mengalami situasi yang sama berkali-kali sebelumnya.


"Serahkan padaku!"


 Aku menjawab dengan penuh percaya diri, dan mulai mengacak balok-balok yang berserakan di sekitar area untuk menyusun objek.

 Sejak aku membuat "tiruan Menara Tokyo" sebelumnya, Karon selalu memintanya untuk membuat sesuatu untuknya setiap hari. Aku tidak punya alasan untuk menolak permintaannya, jadi aku selalu menanggapi permintaannya.

 Setelah itu, pekerjaan kreatifku berakhir.

 Aku membuat efek suara sendiri dan mempresentasikan karyaku kepada Karon.

    Kali ini aku mencoba membuatnya dengan gaya Jepang. Ini adalah Kastil Osaka!


"Wahhh wahhh!!"


 Kastil itu adalah ciptaan anak-anak yang gagal, tetapi Karon sangat senang dengan kastil itu. Cara dia terus mengulang-ulang "wahhh, wahhh" benar-benar lucu. Itu membuat pipiku rileks.

 Setelah itu, aku terus bermain dengan saudara perempuanku, yang sangat bersemangat.

 Karon, yang kelelahan, mulai mengantuk.


"Kalon, apakah kamu mengantuk?"


 Ketika aku menanyakan hal itu, dia mengangguk dengan ekspresi mengantuk di wajahnya.


"Baiklah, mari kita panggil orang dewasa."


 Kami hanya dua orang di kamar, tetapi tidak dibiarkan tanpa pengawasan sama sekali. Ada beberapa pelayan yang menunggu di luar pintu.

 Ketika aku bangun untuk memanggil mereka, lengan bajuku ditarik-tarik. Tak perlu dikatakan lagi, itu adalah Karon.

 Ketika aku berbalik, dia diam-diam merentangkan tangannya.

 Ini adalah isyarat bahwa ia ingin aku memeluknya. Sudah menjadi tradisi bagi kami, kakak beradik, untuk saling berpelukan sebelum tidur.

 Aku memeluk tubuh kecilnya yang hangat, lembut, dan seperti bayi sekeras yang aku bisa tanpa melukainya.

 Setelah beberapa saat saling berpelukan, lengan Karon menjadi rileks dan aku mulai mendengar napas tidurnya yang teratur. Dia tampaknya telah pergi ke dunia mimpi.

 Aku membaringkannya dengan lembut di sisiku, sangat berhati-hati untuk tidak membangunkannya. Dia memiliki rambut pirang yang lebat dan kulit seputih porselen. Bibir merah ceri-nya begitu manis hingga menembus langit. Dia seperti malaikat yang mendarat di bumi.

 Aku memikirkan hal ini sambil memandangi wajah Karon yang sedang tidur.

 Betapa kejamnya dunia ini sehingga gadis secantik itu ditakdirkan untuk meninggal dunia sebelum waktunya.

 

 

 *TN: Jangan Lupa follow Fp Akashic Translation

Di sana gunung, di sini gunung.
Di tengah-tengahnya pulau Jawa.
Readernya bingung, lah miminnya juga bingung.
Yang penting masih bisa di Baca.

Beli Astor di Surabaya.
Dukung Author dengan beli Bukunya.

Bunga Kamboja, indah Warnanya.
Selesai membaca, isi komentarnya.